Banjir Bandung

Culture, Environmentalism, FreeMinded

Nih ya.. kalo ujan di Bandung.. biasanya macet dan banjir.. gara-gara jalan banjir, jadi macet.. tapi banjir ini karena apa ya? Sampah? Kurang saluran air? Atow curah hujan yang tinggi? Beuh.. ga tau deh..

Banjir = macet = buang waktu = stress = kotor = penyakit

Beberapa versi tentang penyebab banjir di Bandung..

Satu
Dinas tata kota Bandung harusnya bekerja sama atau mau mendengarkan tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup berikut dampak negatif nya..
Resapan air hujan di daerah Bandung Timur yang semakin berkurang karena ‘pembangunan’ ini yang konon penyebab banjir..
Kenapa bisa terjadi? Hal ini terjadi karena pohonnya banyak ditebang.. ‘pembangunan’ yang menyebabkan air hujan tidak dapat diserap oleh tanah.. Mirip seperti daerah puncak dan Bogor yang ‘mengirim’ air hujan ke Jakarta berupa Banjir..

Dua
saluran air yang kurang mamadai.. Kurang besar, tersumbat tanah dan sampah..
Khusus untuk sampah, padahal ini bisa diatasi dengan menyediakan tempat sampah ditambah kesadaran masyarakatnya sendiri untuk tidak membuang sampah ke selokan.. atau ke cikapundung.. Cikapundung itu sungai.. bukan tempat sampah..
Cikapundung pun menyempit karena penumpukan sampah.. Sampah dari mana? Ya sampah dari masyarakat lah.. kenapa mereka membuang sampah ke sungai? Karena mereka ga ngerti.. Jadi.. Pemerintah juga harus mengajari mereka tentang sampah ini.. kalo perlu berlakukan sanksi tegas dengan tuduhan mencemarkan lingkungan hidup.. jangan pencemaran nama baik doang yang diurus..

Hal sederhana yang bisa kita lakukkan adalah membuang sampah pada tempatnya.. jika pemerintah tidak menyediakan tempat sampah ini, ya.. jangan buang sampah ke jalan dong.. simpen dulu sampe nemu tempat sampah.. gitu aja ko repot..

Satu lagi adalah jenis sampah itu sendiri..
Ada sampah yang bisa hancur dan ada yang tidak.. hmm.. saya ngga akan membahas jauh tentang jenis-jenis itu.. Pokoke, kurangi penggunaan produk bahan plastik.. Contoh.. ga perlu pake kantong plastik kalo kita bawa tas.. ga perlu pake sedotan.. takut kemasan minumannya kotor? Tinggal bersihin doang pake tissue ko..

Saya nulis ini soalnya beberapa hari yang lalu pas ujan gede di Bandung, daerah Pelajar Pejuang tuh banjir.. ada beberapa kendaraan yang mogok.. teruss.. motor mendadak nekat ngelawan arah karena menghindari banjir.. dan.. macet uedaaann.. wuaahh.. males deh.. masa Bandung “Kota Kembang” kaya gini.. jangan nunggu terlalu parah.. dan jangan bilang banjir ini adalah hal yang “biasa”..

The City Where We Live

Environmentalism

Dulu saya merasa bangga dengan Bandung yang dijuluki Paris van Java, Kota Kembang, dan dengan sejarah heroiknya Bandung Lautan Api. Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca di Harian Pikiran Rakyat pada rubrik Surat Pembaca (saya lupa edisinya) Di situ dijelaskan arti Paris van Java dan Kota Kembang. Paris van Java dan Kota Kembang ternyata ditujukan kepada Kota Bandung yang memiliki wanita-wanita “penghibur”.  Bagi saya ini cukup memprihatinkan, terlepas dari arti julukan tersebut yang sesungguhnya. Namun tidak sedikit juga yang membenarkan julukan tersebut, terlebih lagi dengan beredarnya VCD porno yang menjadikan bandung sebagai Bandung Lautan Asmara.

Meningkatnya Bandung menjadi Kota Industri dan Perdagangan dan mungkin Pendidikan, menyebabkan meningkatnya populasi penduduk yang tidak terkendali. Tidak heran, pertumbuhan ini akhirnya kembali menimbulkan masalah yang menurut saya serius. Sampah dan penyakit gangguan pernapasan.

Perdagangan dan Industri sepertinya menjadi ukuran pembangunan di Kota-kota di Indonesia. Individualistis, gaya hidup hedonis, egois dan kepekaan sosial yang makin berkurang, pembangunan sepertinya sudah tidak lagi mempertimbangkan keseimbangan antara teknologi, manusia dan alam. Secara teknologi kita mengalami kemajuan pesat. Tapi secara konsep dan pola pikir, kita mengalami kemunduran.

Sampah, kemacetan, polusi dan kriminal sepertinya menjadi hal biasa yang kita terima sehari-hari. Ironis.